NIKAH MUDA
![]() |
Sumber gambar: https://satriabajahitam.com/ |
Siapa
berani?!
Kesiapan
jasmani dan rohani,
Memadukan
emosi mengasah diri.
Perihal
jodoh merupakan cerminan diri. Saat diri ini marah, bertingkah semaunya, bahkan
baik buruknya sikap terhadap sesama.
Aku
tahu, mudaku dalam keberanian mengambil risiko adalah kegabahan emosional.
Bertindak
seenaknya dan mungkin orang lain menganggap itu frontal.
Tapi,
ini bukan saja keberanian jiwa, namun juga keberanian rohani yang ada di dalam
hati.
Apalagi
mengenai cinta yang aku kenal usia dini. Tentu, gejolak hasrat semakin tumbuh,
layaknya ilalang didalam genangan. Semakin mekar, semakin hijau, dan semakin
subur. Hingga menutupi genangannya.
Kita
tahu, bahwa cinta merupakan anugerah pertama yang diberikan oleh tuhan, dan
perasaan merupakan tanggapan hati yang mengutarakan.
Maka,
apakah kita tega melebatkan genangan itu yang merupakan sumber tumbuhnya
ilalang kita?.
Lantas,
bagaimana dengan merawat ilalang tersebut?
Mestikah
kita hentikan sumbernya?
Ataukah,
kita sudahi dan bakar ilalangnya?
Se-siap
apa kita untuk merawat ilalang?
Se-hebat
apa kita mampu menjaga genangan?
Tentunya,
bukanlah perkara yang mudah, namun juga bukanlah perkara yang sulit. Akan
tetapi ini merupakan perkara kesiapan, kesanggupan, kemampuan dan pertanggung
jawaban.
Nikah
muda bukanlah soal trend masa kini, bukan pula soal mengikuti hasrat yang terus
terbawa arus.
Namun
nikah muda sejatinya tentang kesiapan dalam hal apapun.
Cinta
bukanlah sekedar cinta, sayang bukanlah sekedar sayang. Apalagi ketika
emosional belumlah matang menyikapi keadaan.
Lagi-lagi,
ini adalah keutuhan pendewasaan.
Aku
mohon,
Tolonglah,
rasionalkan tentang kesejatian insan. Padukan dengan iman, perihal syariat
kenikahan hingga syariat pertanggung jawaban.
Tegakkan,
dan
Tegaplah.
Perjalanan
panjang akan mengisahkan, terjalnya kehidupan maupun kemulusan cita kedua
insan.
Beranikah
kita memompa kehampaan dan kebosanan? Kelak, buah hatilah yang diingatkan.
Majalengka, 2019
Tags
Karya Sastra